Pages

Jumat, 30 Mei 2014

OJK: Investasi di Perbankan Masih Menggiurkan

OJK: Investasi di Perbankan Masih Menggiurkan

Gedung OJK; ROA masih tinggi. (Foto: Erman)
ROA sebesar 3,01% itu memang tinggi, meski tidak dipungkiri angka tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan periode sebelumnya. Angga Bratadharma
Jakarta–Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa Return on Asset (ROA) di industri perbankan hingga Maret 2014 tercatat cukup tinggi, yakni diangka 3,01%. Tingginya ROA tersebut bisa mengartikan bahwa investasi di industri perbankan Tanah Air masih menggiurkan.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan II OJK, Endang Kussulanjari menyatakan, ROA sebesar 3,01% itu memang tinggi, meski tidak dipungkiri angka tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan periode sebelumnya. Namun, penurunan yang terjadi dianggap lazim di awal tahun.
“ROA memang agak menurun dibandingkan sebelumnya. Tapi, ini fenomena lazim di awal tahun terjadi karena Januari hingga Maret kegiatan landing tidak secepat yang terjadi di akhir tahun”, kata Endang, saat Press Briefing mengenai ‘Perkembangan Peraturan dan Pengawasan Perbankan’, di Jakarta, Jumat, 30 Mei 2014.
Endang menjelaskan, bila diklasifikasikan dengan menggunakan pendekatan BUKU, maka BUKU 4 memiliki tingkat ROA paling tinggi dibandingkan dengan BUKU-BUKU lainnya. Tingginya ROA tersebut terjadi karena bank-bank yang ada di kelas BUKU 4 memang memiliki kapasitas besar.
“Di BUKU 4 karena berbicara modal besar. ROA di BUKU 4 itu 3,89%. Sedangkan paling kecil itu di BUKU 3, yakni diangka 1,93%”, jelas Endang.
Menurut Endang, dengan tingginya ROA tersebut mengindikasikan bahwa investasi di industri perbankan Tanah Air cukup menguntungkan. Apalagi, ROA tidak akan terlalu fluktuatif mengingat kondisi dan situasi industri perbankan Indonesia yang baik dan solid sekarang ini.
“ROA itu sifatnya tidak fluktuatif. Ini artinya investasi di perbankan Indonesia masih menguntungkan. Apalagi, CAR perbankan Tanah Air cukup baik, yakni diangka 19,77%”.

MARI CEK SAHAM-SAHAM SETELAH MUNCUL SENTIMEN KOALISI PILPRES

Mari Cek Saham-Saham Pilihan Setelah Muncul Sentimen Koalisi Pilpres



Ipotnews - Deklarasi Pasangan Capres-Cawapres Joko Widodo dan Jusuf Kalla dinilai berdampak positif bagi pasar finansial Indonesia karena hal tersebut meningkatkan kesempatan Jokowi untuk memenangkan pilpres, bertarung dengan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Menurut jajak pendapat publik menunjukkan sejumlah besar pemilih belum memutuskan pilihan (sekitar 40%). "Jokowi tetap kandidat yang paling populer dengan kebijakan ekonomi yang lebih market friendly," kata Kepala Riset Indo Premier Securities Stephan Hasjim dalam riset-nya yang dipublikasikan Senin (19/5) awal pekan ini.

Menurut Stephan, diyakini penunjukan Jusuf Kalla sebagai pendamping Jokowi secara signifikan akan memperkuat peluang Jokowi memenangkan pilpres mengingat rekam jejak JK sebagai mantan wakil presiden, politisi dan pengusaha. Hal ini melengkapi figur Jokowi yang belum memiliki rekam jejak dalam birokrasi pemerintahan dan panggung politik nasional.

Kalla dapat membawa stabilitas politik pada pemerintahan Jokowi karena faktor pengaruhnya di Partai Golkar sebab ia adalah mantan Ketua Umum Partai Golkar meskipun akhirnya Golkar memutuskan bergabung dengan koalisi Prabowo.

Sementara itu Prabowo mengumumkan Hatta Rajasa sebagai cawapres. Dengan demikian, pilpres pada 9 Juli mendatang akan berlangsung dalam 1 paturan dengan 2 kandidat capres-cawapres yang akan bertarung.

Jajak Pendapat
Survei terakhir LSI mengindikasikan Jokowi-Kalla unggul dengan elektabilitas 36% versus 22% untuk pasangan Prabowo-Hatta. Menurut survei tersebut 40% pemilih belum menentukan pilihan, khususnya di kalangan simpatisan Partai Golkar dan Partai Demokrat. Namun terlepas dari itu semua, Jokowi diyakini akan memenangkan pilpres pada 9 Juli mendatang.

Terkait dengan hal ini, kata Stephan, prospek bursa saham domestik tetap bullish di tahun 2014 mengingat beberapa sentimen seperti external balance RI yang menguat, potensi katalis positif dari pilpres dan prospek pertumbuhan laba. Target IHSG bisa mencapai level 5.300 didasarkan kepada rasio P/E 14 kali dalam 12 bulan ke depan. Market akan menguat lebih lanjut jika Jokowi menang pilpres. Sementara saham-saham pilihan terkait sentimen ini adalah [BMRI 10,200 -175 (-1,7%)], [BBNI 4,920 -30 (-0,6%)], [TBIG 7,675 375 (+5,1%)], [SMGR 14,725 -500 (-3,3%)], [INTP 22,650 -975 (-4,1%)], [PGAS 5,425 -300 (-5,2%)], [PTPP 1,910 25 (+1,3%)] dan [WSKT 720 -5 (-0,7%)]. (mk)










14F

15F

14F

14F







Price

Target

P/E

P/E

P/B

ROE

Stock

Ticker

Rating

(Rp)

(Rp)

(x)

(x)

(x)

(x)

Mandiri

BMRI

Buy

10,600

12,150

11.8

9.9

2.8

22.4

BNI

BBNI

Buy

5,025

6,000

9.5

8.2

1.8

17.5

Tower Bersama

TBIG

Buy

7,100

7,500

18.8

15.4

5.8

26.0

Semen Indonesia

SMGR

Buy

15,950

18,550

15.0

13.7

3.7

24.8

Indocement

INTP

Buy

23,875

27,000

15.3

14.6

3.5

22.8

Perusahaan Gas

PGAS

Buy

5,525

6,350

15.5

16.4

4.1

28.2

PT PP

PTPP

Buy

1,930

2,200

17.9

13.1

3.9

21.9

Waskita Karya

WSKT

Buy

775

1,000

16.3

11.5

2.7

16.3

source : Bloomberg, Indo Premier Securities    note: share price as of closing 16 May 2014

Senin, 19 Mei 2014

Tinggi, Peluang Kenaikan Saham Batu Bara



Potensi kenaikan harga saham tiga emiten batu bara masih cukup tinggi. Ketiganya adalah PT Bukit Asam Tbk, PT Adaro Energy Tbk, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk.

Berdasarkan konsensus analis, rata-rata peluang kenaikan harga saham ketiganya berkisar 13-23 persen. Potensi ini berkebalikan dari kinerja pada tahun lalu, di mana harga saham ketiga emiten tersebut tercatat turun sekitar 30 persen.

Bukit Asam merupakan emiten yang potensi kenaikannya paling tinggi, yakni hingga 23 persen dibandingkan harga penutupan pada akhir pekan lalu senilai Rp 9.700 per saham.

Kenaikan harga ini memang belum mengompensasi penurunan sepanjang tahun lalu yang turun hingga 29 persen, namun analis menyarankan untuk membeli saham emiten ini.

Dalam perhitungan analis, rata-rata harga saham emiten BUMN ini akan mencapai Rp 11.940 per saham dalam 12 bulan ke depan. Harga paling tinggi yang diprediksi analis adalah Rp 15.900 per saham.

Kemudian emiten yang juga disarankan analis untuk dikoleksi adalah Adaro Energy yang potensi kenaikannya sebesar 13 persen dibandingkan harga penutupan Jumat akhir pekan lalu Rp 1.010 per saham. Diprediksi harga rata-rata saham emiten berkode ADRO ini akan mencapai Rp 1.146 per saham dalam 12 bulan ke depan.

Demikian pula dengan saham Indo Tambangraya yang memiliki potensi kenaikan sebesar 13 persen dari harga penutupan sebelumnya Rp 25.400 per saham. Analis memprediksi harga rata-rata saham berkode ITMG tersebut Rp 28.793 per saham.

Adapun harga tertinggi yang diproyeksikan analis adalah Rp 37.000 per saham, sedangkan yang terendah Rp 21.000 per saham.

Tahun lalu, saham ketiga emiten tersebut mencatatkan penurunan yang signifikan seiring dengan melemahnya harga komoditas batu bara. Adaro Energy tercatat turun hingga 31 persen, sedangkan Indo Tambangraya turun hingga 27 persen.

Andy Wibowo Gunawan, analis Sucorinvest, menyebutkan harga batu bara pada tahun ini berpotensi meningkat seiring dengan naiknya harga minyak mentah. Menurutnya, harga batu bara berkorelasi erat dengan harga minyak. Biasanya, kata dia, selisih antara harga minyak dengan batu bara berkisar 17-25 persen. 

“Kami memprediksi harga minyak jenis brent pada 2014 dan 2015 akan berkisar US$ 111,7 per barel dan US$ 112,7 per barel. Oleh karena itu, harga batu bara diperkirakan US$ 85,5 per ton dan US$ 86,5 per ton,” kata Andy dalam risetnya beberapa waktu lalu.

Menurut dia, sejumlah emiten telah siap untuk melakukan diversifikasi untuk mengatasi permintaan yang menurun. Selain Indo Tambangraya yang tengah membangun pembangkit listrik, PTBA dan Adaro sudah membangun pembangkit listrik. “Pembangunan power plant memang butuh waktu 1-2 tahun, jadi dampaknya akan terasa pada jangka panjang,” ujarnya.

Sementara Fajar Indra, analis Panin Sekuritas, yang menilai harga saham PTBA saat ini sudah sangat murah. “Kami perkirakan volume penjualan PTBA akan mencapai puncaknya pada paruh kedua 2014,” kata dia. “Ini seiring penyelesaian fasilitas bongkar muat di Pelabuhan Tarahan.” - See more at: http://www.katadata.co.id/1/1/news/tinggi-peluang-kenaikan-saham-batu-bara/1419/#sthash.lp0A553t.dpuf

Tinggi, Peluang Kenaikan Saham Batu Bara

Potensi kenaikan harga saham tiga emiten batu bara masih cukup tinggi. Ketiganya adalah PT Bukit Asam Tbk, PT Adaro Energy Tbk, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk.

Berdasarkan konsensus analis, rata-rata peluang kenaikan harga saham ketiganya berkisar 13-23 persen. Potensi ini berkebalikan dari kinerja pada tahun lalu, di mana harga saham ketiga emiten tersebut tercatat turun sekitar 30 persen.

Bukit Asam merupakan emiten yang potensi kenaikannya paling tinggi, yakni hingga 23 persen dibandingkan harga penutupan pada akhir pekan lalu senilai Rp 9.700 per saham.

Kenaikan harga ini memang belum mengompensasi penurunan sepanjang tahun lalu yang turun hingga 29 persen, namun analis menyarankan untuk membeli saham emiten ini.

Dalam perhitungan analis, rata-rata harga saham emiten BUMN ini akan mencapai Rp 11.940 per saham dalam 12 bulan ke depan. Harga paling tinggi yang diprediksi analis adalah Rp 15.900 per saham.

Kemudian emiten yang juga disarankan analis untuk dikoleksi adalah Adaro Energy yang potensi kenaikannya sebesar 13 persen dibandingkan harga penutupan Jumat akhir pekan lalu Rp 1.010 per saham. Diprediksi harga rata-rata saham emiten berkode ADRO ini akan mencapai Rp 1.146 per saham dalam 12 bulan ke depan.

Demikian pula dengan saham Indo Tambangraya yang memiliki potensi kenaikan sebesar 13 persen dari harga penutupan sebelumnya Rp 25.400 per saham. Analis memprediksi harga rata-rata saham berkode ITMG tersebut Rp 28.793 per saham.

Adapun harga tertinggi yang diproyeksikan analis adalah Rp 37.000 per saham, sedangkan yang terendah Rp 21.000 per saham.

Tahun lalu, saham ketiga emiten tersebut mencatatkan penurunan yang signifikan seiring dengan melemahnya harga komoditas batu bara. Adaro Energy tercatat turun hingga 31 persen, sedangkan Indo Tambangraya turun hingga 27 persen.

Andy Wibowo Gunawan, analis Sucorinvest, menyebutkan harga batu bara pada tahun ini berpotensi meningkat seiring dengan naiknya harga minyak mentah. Menurutnya, harga batu bara berkorelasi erat dengan harga minyak. Biasanya, kata dia, selisih antara harga minyak dengan batu bara berkisar 17-25 persen. 

“Kami memprediksi harga minyak jenis brent pada 2014 dan 2015 akan berkisar US$ 111,7 per barel dan US$ 112,7 per barel. Oleh karena itu, harga batu bara diperkirakan US$ 85,5 per ton dan US$ 86,5 per ton,” kata Andy dalam risetnya beberapa waktu lalu.

Menurut dia, sejumlah emiten telah siap untuk melakukan diversifikasi untuk mengatasi permintaan yang menurun. Selain Indo Tambangraya yang tengah membangun pembangkit listrik, PTBA dan Adaro sudah membangun pembangkit listrik. “Pembangunan power plant memang butuh waktu 1-2 tahun, jadi dampaknya akan terasa pada jangka panjang,” ujarnya.

Sementara Fajar Indra, analis Panin Sekuritas, yang menilai harga saham PTBA saat ini sudah sangat murah. “Kami perkirakan volume penjualan PTBA akan mencapai puncaknya pada paruh kedua 2014,” kata dia. “Ini seiring penyelesaian fasilitas bongkar muat di Pelabuhan Tarahan.” - See more at: http://www.katadata.co.id/1/1/news/tinggi-peluang-kenaikan-saham-batu-bara/1419/#sthash.lp0A553t.dpuf