Anggaran infrastruktur dalam belanja pemerintah harus terus
ditingkatkan secara bertahap. Pasalnya, Bank Dunia (World Bank) dalam
laporannya menyebutkan, Indonesia kehilangan potensi pertumbuhan ekonomi
sekitar 1% per tahun selama satu dekade terakhir. Penyebabnya adalah
alokasi belanja infrastruktur pemerintah yang masih rendah.
Ekonom Utama Bank Dunia Ndiame Diop mengatakan, selama ini anggaran
infrastruktur di Indonesia kurang dari 4% dari total produk domestik
bruto (PDB). Jumlah anggaran infrastruktur ini merupakan total anggaran
pemerintah baik pusat maupun daerah.
Kepala Ekonom BII Juniman menuturkan, idealnya anggaran infrastruktur
di Indonesia saat ini sekitar Rp 300 triliun–Rp 500 triliun. Dengan
dukungan anggaran yang cukup, maka pembangunan infrastruktur diyakini
bisa lebih lancar sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
Catatan saja, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
2014 anggaran infrastruktur pemerintah hanya sekitar Rp 188,7 triliun.
Anggaran ini semakin menciut karena pemerintah melakukan pemangkasan
anggaran dalam APBNP 2014.
Terbebani subsidi
Menurut Ndiame, idealnya anggaran untuk infrastruktur harus lebih dari 4% dari PDB agar laju pertumbuhan ekonomi bisa melaju sedikit kencang. Menurutnya, masih tingginya beban subsidi energi menjadi penyebab Indonesia sulit untuk meningkatkan belanja infrastruktur.
Menurut Ndiame, idealnya anggaran untuk infrastruktur harus lebih dari 4% dari PDB agar laju pertumbuhan ekonomi bisa melaju sedikit kencang. Menurutnya, masih tingginya beban subsidi energi menjadi penyebab Indonesia sulit untuk meningkatkan belanja infrastruktur.
'Di tingkat pemerintah pusat, pilihan utama untuk membiayai
peningkatan belanja infrastruktur adalah dengan mengurangi belanja
subsidi bahan bakar minyak (BBM),' kata Ndiame Diop, di Jakarta, Senin
(23/6).
Sementara di daerah, kata Ndiame, rendahnya anggaran infrastruktur
ini terjadi lantaran sebagian besar anggaran terpakai untuk belanja
pegawai. Maklum, selama ini sekitar 40% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) masih dialokasikan untuk belanja pegawai. Padahal,
sekitar 90% pendapatan daerah berasal dari pemerintah pusat melalui
skema transfer daerah.
Bank Dunia menyarakan, pemerintah bisa terus mengurangi alokasi
anggaran subsidi energi dan mengalihkannya ke sektor infrastruktur.
Dalam APBNP 2014 pemerintah mengalokasikan anggaran subsidi sebesar
Rp 403 triliun, naik 20,76% dari APBN 2014 yang sebesar Rp 333,7
triliun. Dari jumlah itu, anggaran subsidi energi Rp 350,3 triliun dan
anggaran subsidi non-energi Rp 52,7 triliun.
Menurut Juniman, peningkatan anggaran infrastruktur harus didukung
oleh penguatan dan penyusunan proyek infrastruktur prioritas yang mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi. Tak hanya itu, Juniman juga berharap
realisasi pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur juga harus diperbaiki.
Maklum selama ini banyak proyek infrastruktur yang realisasinya lambat
karena terganjal masalah di lapangan seperti sulitnya pembebasan lahan.
Menteri Keuangan Chatib Basri bilang pemerintah terus berupaya
meningkatkan anggaran infrastruktur secara bertahap. Tapi, 'Untuk
membangun infrastruktur tidak bisa hanya mengharapkan dari anggaran
(APBN), karena anggaran pemerintah terbatas,' jelasnya.
Menurutnya, saat ini kebutuhan dana infrastruktur di Indonesia
sekitar Rp 1.500 triliun. Akibat keterbatasan anggaran, pemerintah hanya
mampu membiayai sekitar 15% saja. Makanya, kata Chatib, pemerintah
memerlukan keterlibatan swasta untuk membiayai sisa kekurangan sebesar
85% dari total kebutuhan dana infrastruktur.
0 komentar:
Posting Komentar